WISATA SPIRITUAL HINDU BALI

PELAYANAN RITUAL MELUKAT
DI PURA TAP SAI BESAKIH

MELUKAT merupakan ritual yang dilakukan oleh umat Hindu Bali untuk penyucian diri lahir dan batin dengan menggunakan air suci, yaitu bertujuan untuk membersihkan Dasa Mala (sepuluh kotoran batin serta inkarnasi negatif) dalam diri manusia. Melukat memiliki makna pembersihan secara sekala dan niskala (jasmani dan rohani) bagi jiwa dan pikiran manusia. Air yang digunakan pun bukan air sembarangan, melainkan berasal dari sumber alami atau mata air yang disakralkan dan dapat juga dengan air yang didoakan.

Secara umum tujuan utama dari Ritual Pengelukatan ini adalah untuk mencapai ketenangan & kesucian lahir batin, namun tidak tertutup juga keyakinan bahwa ritual pengelukatan di tempat-tempat suci tertentu, seperti di Pura Tap Sai akan dapat memberikan berkah-berkah tertentu bagi pemujanya, seperti kelancaran rejeki, kemudahan mendapatkan pekerjaan, serta untuk memperoleh keturunan. Lingkungan Pura Tap Sai yang asri alami, pepohonan rindang dan udara pegunungan yang bersih akan menambah kedamaian spiritual, sangat cocok bagi mereka yang ingin mencapai keheningan (stillness) dan melakukan introspeksi diri (turning inward).

Pura Tap Sai dan Kaitannya dengan Pura Agung Besakih

Dalam lembaran sejarah spiritual Bali, terdapat sebuah kisah suci yang menghubungkan Pura Tap Sai dengan pembangunan Pura Agung Besakih, pura terbesar dan paling suci bagi umat Hindu di Pulau Dewata. Nama “Tap Sai” diyakini berasal dari frase kuno “matapa sai-sai”, yang berarti “bertapa atau bermeditasi setiap hari”. Seiring berjalannya waktu, frase ini mengalami perubahan pelafalan dan menjadi populer dengan sebutan Pura Tap Sai.

Pura Tap Sai terletak di kawasan Bukit Tapas, sebuah tempat yang diyakini memiliki energi spiritual tinggi. Di sinilah dahulu dipercaya seorang Rsi Agung bernama Rsi Markandeya melaksanakan tapa brata dan meditasi secara mendalam sebelum melanjutkan perjalanan sucinya menuju Gunung Agung untuk membangun Pura Agung Besakih. Bukit Tapas, yang kini dikenal sebagai Pura Tap Sai, menjadi tempat awal perjalanan spiritual Rsi Markandeya dalam menyucikan tanah Bali dan menanamkan nilai-nilai keagamaan Hindu.

Proses pembangunan Pura Agung Besakih sendiri diperkirakan dimulai pada abad ke-8, seiring dengan misi suci Rsi Markandeya dalam menyebarkan ajaran Hindu Dharma di Bali. Beliau adalah tokoh sentral dalam sejarah keagamaan Bali, dikenal karena membangun sistem pemujaan berlandaskan Panca Datu, yakni lima unsur logam suci yang ditanam di tempat-tempat keramat, termasuk di Besakih.

Dengan demikian, Pura Tap Sai bukan hanya sekadar tempat ibadah, melainkan sebuah situs suci yang merekam jejak awal dari perjalanan spiritual besar yang kemudian melahirkan pusat spiritual utama umat Hindu di Bali. Tempat ini menjadi simbol kesetiaan dalam laku tapa dan menjadi saksi bisu dari awal peradaban rohani yang menjulang hingga ke puncak Gunung Agung.

Kini, Pura Tap Sai tetap dijaga dan dihormati sebagai tempat suci, tempat umat melakukan sembahyang, meditasi, dan mengenang warisan spiritual luhur dari para resi agung yang pernah menapakkan kaki di tanah Bali.

Prosesi & Tahapan Melukat di Pura Tap Sai

  1. Umat melakukan persembahyangan secara urut, mulai dari palinggih di Kanista Mandala.

  2. Menuju Pura Beji untuk melakukan melukat dengan air suci Tirta Bang.

  3. Setelah melukat, lanjut ke Madya Mandala sembahyang di Ganesha.

  4. Barulah naik ke Utama Mandala untuk sembahyang di Tri Upasadana, Lingga Yoni, dan Betari Niang Bungkut.

  5. Tidak diperbolehkan langsung ke Utama Mandala tanpa melakukan tahapan sebelumnya. Ritual Pengelukatan ini niscaya hanya dapat dilakukan jika telah mendapat restu dari Bathara-Bathari yang berstana di Pura ini.